Kisah Inspiratif Ipda Ristiany Densy Doko: Bangun Panti Asuhan dan PAUD, Jadi Ibu Asuh untuk 67 Anak di Belu Perbatasan RI-RDTL

Ipda Ristiany Densy Doko, SH yang saat ini bertugas di Polres Belu Polda NTT, mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia, yang mengelola panti asuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Elshaddai gratis untuk anak-anak kurang mampu di Atambua Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sifat Kedermawanan dan dedikasi tinggi yang ditunjukkan Ipda Densy Doko yang bertugas di perbatasan Indonesia dengan RDTL (Timor Leste) ini mendapat apresiasi dari warga sekaligus guru PAUD Elshaddai, Rulyin Vinelsye Djami.
Perwira muda yang akrab di sapa Ipda Densy ini, mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia bersama suaminya, Aipda Nikodemus Dubu, SH, yang kemudian diusulkan oleh Rulyin menjadi kandidat Hoegeng Awards 2025.
Rulyin menjadi guru di PAUD Elshaddai sejak dua tahun lalu. Dirinya mengaku cukup mengenal sosok Polisi Wanita (polwan).dan suaminya karena banyak membantu masyarakat Atambua Selatan lewat panti asuhan dan sekolah PAUD gratisnya tersebut.
"Ibu Densy ini salah satu anggota polisi yang bertanggung jawab, dia rendah hati, humble ke semua orang juga dan mungkin karena dia pelayan juga di gereja, jadi rendah hati," kata Rulyin.
"Beliau dan suami membangunnya yayasan itu semata-mata untuk membantu orang yang mungkin mempunyai apa kekurangan. Jadi, yayasan ini benar-benar tidak dipungut biaya, jadi semata-mata hanya untuk membantu orang," tambahnya.
Diirnya menambahkan, semua siswa-siswi di PAUD Elshaddai merupakan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Menurutnya, Ipda Ristiani menanggung seluruh biaya operasional PAUD dan panti asuhan tersebut.
"Mereka (siswa-siswi PAUD) sekolah tidak dipungut biaya sama sekali dari pendaftaran sampai sekolah selesai itu tidak dipungut biaya, seragam saja ada sumbangan juga," ujarnya.
"Sekolah PAUD yang mulai berdiri sejak 2019 ini terus berkembang. Saat ini, sudah ada 90 lebih siswa-siswi yang sekolah di PAUD Elshaddai"tambah Rulyn.
Bangkit Usai Sembuh
Dihubungi awak media, Ipda Densy yang saat ini menjabat sebagai Kanit SPKT 3 Polres Belu, menceritakan dirinya dan sang suami membangun Yayasan Gracia Hati Mulia. bermula dari pengalaman nyata dirinya yang pernah sakit dan divonis bahwa untuk sembuh itu suatu hal yang mustahil.
"Berawal dari sakit, saya dan suami berpikir bahwa selama ini kan kita hidup dengan kehidupan kita sendiri tanpa kita memikirkan ternyata masih banyak orang yang membutuhkan bantuannya kita" kata Ipda Densy.
"Sekalipun dengan kita tahu sendiri bersama bahwa gaji polisi ini berapa sih? Mau bantu orang, pasti juga ya perlu pertimbangan. Tapi kami berniat punya nazar untuk bangun sebuah yayasan yang kini kami namakan Yayasan Gracia Hati Mulia, di dalam yayasan itu ada panti asuhan sama PAUD," tambahnya.
Singkat cerita, Ipda Densy masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidupnya. Kondisi kesehatan semakin membaik, Ipda Densy dan suami pun menepati nazarnya pada tahun 2019 dengan mendirikan Yayasan Gracia Hati Mulia, yang di dalamnya mengelola panti asuhan dan sekolah PAUD.
"Saat ini, Panti Asuhan Gracia Hati Mulia ini membiayai dan menyantuni 67 anak kurang mampu dan yatim piatu. Ada 13 anak yang tinggal di panti asuhan, dan sisanya tinggal bersama anggota keluarganya yang masih ada"tutur Ipda Densy.
"Sedangkan yang 13 anak ini itu kita biayai mereka seutuhnya, mulai dari pakaian, makan-minum, uang sekolah dan lain sebagainya, itu semua berasal dari kita. Kalau yang di luar panti itu kita tetap santuni mereka setiap bulan"tambahnya.
Rintis PAUD Gratis untuk Anak Kurang Mampu
Ipda Densy menyebut pendidikan untuk anak usia dini sangat penting. Namun, kondisi ekonomi banyak masyarakat di sana tidak memungkinkan untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Oleh sebab itu, selain membangun panti asuhan, dirinya bersama sang suami yang saat ini sementara mengikuti pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) di Setukpa Lemdiklat Polri, membangun sekolah PAUD Elshaddai di Kelurahan Lidak, kecamatan Atambua Selatan, kabupaten Belu.
"Jadi memang ada anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena orang tua mereka mau dibilang tidak mampu juga kan. Makan sehari-hari kadang susah apalagi mau menyekolahkan anak-anak. Berangkat dari itu, anak-anak boleh bersekolah di sana, mereka sekolah secara gratis di PAUD yang kita dirikan" beber Ipda Densy.
"Mulai dari pakaian seragam, buku tulis, uang sekolah itu semuanya gratis. Jadi mereka hanya datang untuk belajar saja dan tenaga-tenaga pendidik pun semuanya punya latar belakang pendidikan S1 sarjana PG PAUD. Sampai saat ini ada 99 siswa yang bersekolah di PAUD" tambahnya.
Andalkan Gaji dan Hasil Sewa Kos
Ipda Densy Doko mengaku membiayai operasional panti asuhan dari hasil dirinya dan suami menyisihkan sebagian gaji sebagai anggota Polri dan hasil usaha kos-kosannya dipakai untuk membiayai operasional PAUD.
"Kami belum ada donatur tetap, kami betul-betul dari dana pribadi. Jadi, saya dan suami itu bersepakat sebagian dari gaji kami untuk membiayai anak-anak panti sama anak sekolah. Saya percaya bahwa ketika kita membantu orang itu dengan ikhlas, pasti Tuhan buka berkat yang luar biasa untuk kami, kami percaya itu. Sekalipun kami bukan orang kaya, tetapi untuk makan minum setiap hari untuk anak-anak panti dan anak-anak PAUD itu ada," jelasnya.
Perwira lulusan SIP angkatan 53 gelombang II T.A 2024 "Prawira Satria Nusantara" ini mengaku tak pernah menghitung berapa uang yang dikeluarkan per bulannya untuk membiayai anak-anak di panti asuhan. Sedangkan untuk biaya anak-anak PAUD, ia mencatat per semester bisa habis lebih dari Rp 20 juta.
"Kalau untuk anak-anak PAUD itu kita biasanya per semester. Misalnya sekarang kan ada 90 (siswa) lebih, saya keluarkan untuk pakaian seragam itu sekitar Rp 12 sampe Rp 13 juta untuk khusus seragam saja. Itu di luar yang buku tulis dan yang lain sebagainya, buku tulis itu kurang lebih mungkin sekitar Rp 8 jutaan kan buku-buku tulis, buku bacaan," ujarnya.
"Kalau untuk gaji guru sendiri kami sudah kerja sama dengan dinas pendidikan. Jadi mereka tuh punya insentif guru yang memang tidak sesuai dengan UMR, tetapi kami dari yayasan sendiri menambahkan lagi untuk para guru itu," sambungnya.
Tularkan Sikap Kepedulian ke Polisi Lainnya
Lebih lanjut, dia merasa bersyukur memiliki rekan-rekan kepolisian di Polres Belu yang sesekali menitipkan rezekinya untuk anak-anak di panti asuhan. Baik teman Ipda Ristiani atau teman suaminya biasa memberi bantuan uang atau sembako untuk makan anak-anak panti.
Ipda Ristiani berharap pendidikan dapat membuat anak-anak di kabupaten Belu memiliki masa depan yang cerah. Dia tidak ingin pendidikan anak-anak di perbatasan Indonesia-Timor Leste tertinggal oleh anak-anak di Pulau Jawa.
"Kita tahu bahwa pendidikan itu sangat penting buat anak-anak, saya berharap wilayah perbatasan RI-RDTL itu tidak kalah seperti anak-anak yang ada di Pulau Jawa. Mereka tidak menjadi anak-anak yang terlalu tertinggal, khususnya untuk masalah pendidikan," pungkasnya.